Search

Chairil Anwar hingga Pidi Baiq, Para Pujangga Jawara Pencipta Puisi

Selain Chairil Anwar, penyair lain yang juga memiliki nama besar dalam dunia kepenyairan di Tanah Air adalah Goenawan Mohamad. Lelaki kelahiran Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941 ini masih eksis hingga saat ini.

Dari banyak karyanya, puisi "Misalkan Kita di Sarajevo" termasuk yang diingat publik.

Misalkan kita di Sarajevo;

mereka akan mengetukdengan kanon sepucuk

dan bertanya benarkah ke Sarajevo

ada secelah pintu masuk.

Misalkan kita di Sarajevo:

tembok itu,

dengan luka-luka peluru,

akan bilang "tidak",

selepas galau.

Tapi kau tahu musim,

di Sarajevo

akan mematahkan engsel,

dingin akan menciutkan tangan,

dan listrik lindap.

Orang-orang akan kembalidari kedai minum,

dan memandangi hangusdi loteng-loteng. Apakah yang mereka saksikan sebenarnya

di Sarajevo: sebentang samun,

tanah yang redam?

Apakah yang mereka saksikan sebenarnya?

Keyakinan dipasak

di atas mihrab dan lumbung gandung

dan tak ada lagi

orang membaca.

Hanya mungkin pada kita

masih ada seutas tilas,yang tak terseka. Atau barangkali

sebentuk asli kata hati?

Misalkan, misalkan, di Sarajevo: bulan

tak meninggalkan replika,

di dekat menara, tinggal warna putih

yang hilang dari azan. Misalkan angin juga kehilangan

perangai

di pucuk-pucuk poplar kuning

dan taman yang tak bergerak.

Pasti nenek peri, dengan suara kanker di perut,

akan berkata,"Tinggal cobaan dalam puasa

di padang gurun, di mana kau tak bisa."

Mengapa kita di Sarajevo?

Mengapa gerangan kita pertahankan kota ini?

Seperti dalam sebuah kisah film,

Sarajevo tak bisa takluk.

Kita tak bisa takluk

Tapi keluar dari gedung rapat umum,

orang-orang sipilakan mengenakan baju mereka yang terbaik,

mencium pipi para isteri, ramah tapi gugup,

meskipun mereka, di dalam saku,

menyembunyikan teks yang gaib itu:

"Bukan roti, melainkan firman."

Batu-batu di trotoar ini

memang tak akan bisa jadi roti

cahaya salju di kejauhan itu

juga tak akan jadi firman.

Tapi misalkan kita di Sarajevo

Di dekat museum itu kita juga akan takzim

membersihkan diri: "Biarkan aku mati

dalam warna kirmizi."

Lalu aku pergikau pergi, berangkat, tak memucat

seperti awal pagidi warna kirmizi.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Chairil Anwar hingga Pidi Baiq, Para Pujangga Jawara Pencipta Puisi"

Post a Comment

Powered by Blogger.