Sebelumnya, awal tahun ini, Ishikawa mencuit tentang keluhannya atas permintaan menggunakan sepatu hak tinggi demi pekerjaan di hotel. Keluhan itu kemudian viral dan mendorongnya meluncurkan kampanye tersebut.
Dia menyebut hal itu juga sekaligus merespons gerakan anti-kekerasan seksual, #MeToo, yang bergaung di seluruh dunia. "Setelah aku sadari banyak orang yang menghadapi masalah yang sama, aku memutuskan meluncurkan kampanye ini."
Petisi serupa yang menolak penggunaan sepatu hak tinggi di tempat kerja juga telah ditandatangani oleh 150 ribu orang di Inggris. Petisi itu diluncurkan sebagai bentuk dukungan pada Nicola Thorp, seorang resepsionis yang dipecat karena menggunakan sepatu tanpa hak.
Nicola mengaku dipulangkan pada hari pertama dia bertugas sebagai resepsionis sementara pada Mei 2016 karena menolak menggunakan sepatu dengan hak 2-4 inci.
Kasus tersebut mendapat perhatian dari parlemen dan mencuatkan sejumlah masalah serupa karena perempuan diminta menggunakan sepatu hak tinggi, termasuk untuk pekerjaan memanjat tangga, membawa bawaan berat, hingga berjalan jauh. Namun, pemerintah bergeming dengan menyebut aturan itu sudah masuk dalam Undang-Undang Kesetaraan 2010.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Petisi Menolak Pakai Sepatu Hak Tinggi Saat Bekerja Bergema di Jepang"
Post a Comment