Search

Kyai Jolotondo, Penjaga Tradisi Minum Teh Keraton Yogyakarta

Di dalam Gedhong Patehan terdapat lemari khusus untuk menyimpan stok teh, gula, dan kopi. Laci itu memiliki tujuh laci yang masing-masing ditandai nama-nama hari.

Abdi dalem yang bertugas pada Senin misalnya, akan menggunakan stok teh dan gula dari laci Senin. Begitu pula dengan abdi dalem pada hari lainnya.

Proses pembuatan teh diawali dengan menyiapkan perapian dan menimba air dari Kyai Jolotondo oleh abdi dalem Patehan. Dikutip dari laman kratonjogja.id, air tersebut dimasak dalam ceret khusus yang terbuat dari tembaga.

Bahan tembaga dipilih karena dipercaya bisa menjadi penetral air sekaligus penolak bala. Terdapat dua ceret, yang berukuran besar diperuntukkan bagi abdi dalem, sementara yang berukuran lebih kecil untuk Sri Sultan dan tamu-tamunya.

Setelah matang, air tersebut dipakai sebagai penyeduh teh untuk dibuat dekokan. Dekokan teh adalah seduhan teh sangat kental yang nantinya diencerkan dengan air putih saat dihidangkan.

Dekokan didiamkan selama setengah jam tanpa diaduk. Setelah siap, setengah dari dekokan dipindahkan ke sebuah teko khusus untuk rasa. Sisanya akan diberikan kepada Abdi Dalem Keparak yang bertugas sebagai pencicip.

Jika masih ada tinggal dari Keparak, itu baru akan diminum oleh Abdi Dalem Patehan. Selama proses meracik minuman untuk sultan, abdi dalem yang bertugas harus mengenakan samir -sejenis kalung dari kain.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kyai Jolotondo, Penjaga Tradisi Minum Teh Keraton Yogyakarta"

Post a Comment

Powered by Blogger.