Selama kurang lebih 60 menit, penonton dihibur dengan arsip audio visual ritual masyarakat adat Dayak dan Melayu yang tertuang dalam tradisi musik vokal. Pertunjukan HNNOH semakin indah dengan iringan dari instrumen musik tradisional dan modern seperti kontrabass, kaldii, dau, gong, bass drum, sape hingga biola.
Musik vokal dalam sebuah ritual, khususnya masyarakat tradisional Kalimantan tidak dapat dipisahkan. Menurut Nursalim, karena kata-kata dan nyanyian bersifat intuitif, improvisasi, namun tetap memiliki substansi kuat baik secara komunikasi dengan leluhur, Tuhan,maupun pada aspek bunyi sebagai bentuk artistik.
Debut Balaan Tumaan Ensemble dimulai pada Oktober 2014. Lewat program muhibah seni, Balaan Tumaan menampilkan karya-karya seninya di Prancis, Belgia dan Jerman. Beberapa kolaborasi juga dilakukan, antara lain bersama Arum Sih Gamelan Orkester (Bremen, 2014), kolaborasi bersama Kevin Lock dan Wayne Silas (Musisi Natif Amerika) pada 2015.
Pada 2016, bekerja sama dengan komponis dan sound designer dari Jepang, Yasuhiro Morinaga, mereka terlibat dalam riset dan proyek pementasan inter disiplin berjudul Marginal Gong di Spiral Hall, Tokyo. Selain proyek kolaborasi, Balaan Tumaan juga aktif menghadirkan karya-karya musik baru lewat pementasan, juga forum diskusi musik.
"Hari ini, seniman-seniman muda dari Balaan Tumaan Ensemble berhasil mengajak penikmat seni untuk berimajinasi dengan sebuah pertunjukan kontemporer yang kental dengan unsur-unsur kebudayaan suku Dayak, disertai dengan visualisasi dan bahasa yang sederhana namun tetap imajinatif," ujar Garin Nugroho selaku mentor. (Indah Permata Niska)
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Racikan Sinema Bunyi Tradisi Dayak dari Balaan Tumaan Ensemble"
Post a Comment