:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1667675/original/091152400_1501745459-0E6A8278.jpg)
"Kalau konsumsi kopi masih sebatas gaya hidup, maka pasti ada umurnya. Sekarang tinggal kita lihat, bisa tidak dari hanya sekadar gaya hidup berubah benar menjadi kebutuhan,” terang Adi Taroepratjeka.
"Jadi, ketika kita membicarakan gaya hidup, kita berbicara juga soal diskriminasi terhadap kopi saset. Banyak yang tidak sadar kalau kopi saset itu menyokong hidup jutaan petani, buruh pabrik, dan menjadi teman hidup dari jutaan konsumen kelas bawah lainnya,” lanjutnya.
Dengan begitu, kalau pesatnya pertumbuhan kedai kopi, terutama di kota-kota besar, hanya sekedar memenuhi gaya hidup, maka ini hanya sekadar tren. Tapi, justru bisa saja sebaliknya. Kalau minum kopi sudah jadi kebutuhan, maka fenomena ini akan bertahan dalam waktu lama.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Menyeduh dan meminum kopi merupakan tradisi lama yang dimiliki berbagai budaya di seluruh dunia. Kini sebuah perusahaan teknologi AS mencoba mengembangkan tradisi itu lewat robot yang bisa membuat kopi setara sajian kedai kopi tradisional ternama.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Maraknya Kedai Kopi di Indonesia, Bakal Bertahan Lama atau Sekadar Tren?"
Post a Comment