Liputan6.com, Jakarta - Usaha tempat makan yang bisa bertahan lama tentunya tak hanya punya rasa yang enak. Biasanya karena mereka berinovasi dalam menu. Pedagang sate misalnya, banyak yang memambahkan sate taichan dalam daftar menu mereka karena makin diminati.
Hal itu dilakukan untuk bisa bersaing dengan makin maraknya penjual sate taichan. Tapi hal itu tidak dilakukan pemilik warung Sate Palmerah Kim Tek. Sejak dibuka pada 1971 di kawasan Palmerah dan kemudian pindah ke jalan Arteri Kelapa Dua Kebon Jeruk, nyaris tak pernah ada perubahan dalam menu makanan mereka.
"Dari dulu kita cuma menyediakan sate, sop dan gulai kambing. Yang paling terakhir kita sediakan sate ayam buat pengunjung yang kurang suka kambing, selain itu nggak ada perubahan atau penambahan lagi di menu makanan kita," tutur Yonatan, salah seorang pemilik Sate Palmerah Kim Tek.
Meski tetap setia dengan menu yang lama, warung sate ini tetap ramai pengunjung dan mampu bertahan sampai saat ini. Sate di tempat ini dikenal karena dagingnya empuk dan bumbunya yang gurih serta tidak berbau prengus, membuat siapapun bisa ketagihan saat mencicipinya.
Sop kuah bening yang harum gurih bisa jadi menu pilihan yang pas untuk menemani seporsi sate. Selain sate dan sop kambing, mereka juga menyediakan gulai kambing dan sate ayam.
"Kita selalu konsisten mempertahankan rasa, dari dulu rasa makanannya tetap sama, kualitasnya tetap terjaga, mungkin karena itu kita punya banyak pelanggan setia selain pelanggan yang baru," terang Yonatan.
"Untuk daging kambing, kita punya supplier sendiri. Kita pakai kambing yang umurnya di bawah satu tahun dan di atas lima bulan, biasanya dagingya memang lebih empuk," sambungnya.
Sebagai pendamping menu sate, disuguhkan satu piring kecil acar yang terdiri dari irisan halus kol dan cacahan mentimun. Rasanya segar dan banyak disukai pengunjung.
Nyaman Tanpa Pendingin Ruangan
Warung sate ini dirintis oleh almarhum Tan Kim Tek, yang membuat semua menu makanan seperti sate, sop dan gulai kambing. Sesuai namanya, ia membuka warungnya di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
Sepeninggal Kim Tek, usahanya diteruskan oleh anak-anaknya dan kleuarganya sampai saat ini. Regenerasi usaha mereka sepertinya berjalan mulus karena warung sate ini tetap ramai sampai sekarang.
Perpindahan lokasi ke kawasan Kelapa Dua pada 2009 tidak terllalu berpengaruh, bahkan menurut Yonatan jadi semakin ramai karena tempatnya lebih luas dan berada di pinggir jalan raya.
Beda dengan penjual sate kambing pada umumnya yang sumpek dan penuh asap, rumah makan Kim Tek ini cukup nyaman dari gangguan asap pembakar, dengan penerangan lampu yang terang dan meja yang ber cat putih menjadikan tempat makan ini terasa resik.
Tidak adanya pendingin ruangan rupanya punya tujuan tersendiri. "Kalau terlalu nyaman nanti banyak yang berlama-lama duduk, otomatis orang yang mau datang harus nunggu agak lama. Nah kalau pakai kipas angin biasanya nggak akan terlalu lama duduknya," terang Yonatan.
Warung sate ini memang hampir selalu penuh sejak buka sampai menjelang tutup. Pengunjungnya pun beragam, mulai dari orang tua, keluarga, pekerja kantoran sampai anak muda.
Harga Sepadan dengan Rasa
Menurut Yonatan, banyak pengunjung yang awalnya kurang suka daging kambing, jadi suka sate kambing setelah mencoba sate racikan mereka. Hal itu diakui oleh Angga, salah seorang pengunjung yang datang bersama beberapa teman kuliahnya.
"Iya, tadinya saya kurang suka kambing. Tapi pas diajak temen ke tempat ini dan nyobain sate kambingnya ternyata beda. Dagingnya empuk banget dan nggak ada bau-bau kambing ya. Sekaran saya jadi suka sate kambng dan sering makan di sini," tutur Angga pada Liputan6.com.
Dengan berbagai keunggulan itu, harga makanan di tempat ini tak bisa dibilang murah. Harga seporsi sate kambing sekitar Rp60 ribu. Tapi rasanya sepadan dengan uang yang harus kita keluarkan.
"Harganya memang lumayan, tapi itu sesuai sama apa yang kita sajikan," ucap Yonatan. Meski usahanya sudah maju, Yonatan tak berniat mengubah atau membuat warung makannya lebih bagus lagi.
"Ya kita seperti ini saja, tetap mempertahankan apa yang sudah ada. Untuk kedepannya, ya mungkin saja ada inovasi atau perubahan yang mungkin dilakukan penerus kita nanti. Karena ini usaha keluarga, jadi bakal diteruskan sama keluarga," ujar Yonatan mengakhiri pembicaraan.
Kalau ingin mencicipi Sate Palmerah Kim Tek, Anda bisa datang setiap hari dari pukul 11.00 sampai 21.30 WIB.
Kami menerima kontribusi konten untuk rubrik Kuliner Malam Jumat, yaitu tempat kuliner yang cukup dikenal, punya ciri khas dan masih buka pada malam hari, berupa tulisan, foto dan video berdurasi sekitar 3 menit.
Tulisan berupa cerita mendalam tentag tempat kuliner malam yang diangkat sekitar 1.000 sampai 1.500 kata, foto minimal lima buah foto dan video. Format konten video bisa dilihat dari video Kuliner Malam Jumat yang sudah dimuat.
Hasil liputan dikirim ke e-mail: dinny.mutiah@kly.id. Tersedia hadiah menarik bagi yang karyanya terpilih untuk dimuat. Untuk pertanyaan lebih detil tentang konten liputan Kuliner Malam Jumat, bisa ditanyakan melalui alamat e-mail yang sama.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kuliner Malam Jumat: Kelezatan Sate Palmerah yang Tak Pernah Berubah"
Post a Comment