Liputan6.com, Jakarta - Proyek kreatif para seniman mulai menggeliat di Singkawang. Komponis muda asal Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah berkolaborasi dengan sejumlah musisi Singkawang untuk bekerja dalam Studio Jalanan.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, pekan lalu, Studio Jalanan merupakan program yang dirancang Yudi dan musisi muda Singkawang dalam proses residensi Seniman Mengajar 2019 - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hingga kini, program itu telah digelar tiga kali.
Dua kegiatan dilaksanakan di ruang publik terbuka, yaitu di Singkawang Cultural Center dan Warung Kopi Rusen Singkawang. Sementara, satu kegiatan dilakukan di Desa Pakunam bersama masyarakat eks penderita kusta.
Yang terakhir, karya mereka ditampilkan lewat pameran Projek Seni. Hasil karya mereka berupa cuplikan perekaman dan penciptaan musik di ruang publik.
"Proses Studio Jalanan, merekam bebunyian di warung kopi, di jalanan, orang yang berbicara, atau bunyi-bunyi lain. Selanjutnya, seorang produser menggabungkan semua bebunyian itu menjadi sebuah musik," kata Yadi.
Menurut Yadi, Studio Jalanan menghadirkan studio musik ke ruang publik dan membuat proses kreatif musik dapat diakses terbuka serta langsung oleh masyarakat sekitar. Pihaknya juga berusaha membangkitkan kesadaran bunyi bersama terhadap sekitar (sonic collective unconscious).
"Proses ini menantang," ungkap Ridho Anugerah, salah seorang produser musik muda yang terlibat dalam proses Studio Jalanan.
Tanpa Konsep
Bagi Ridho, tantangan pembuatan karya adalah membuat musik tanpa konsep yang terencana dengan sumber bunyi yang tak terduga. Metode ini juga berbeda dengan kebiasaan Ridho bila mengerjakan proyek musik di dalam studio.
"Ini pengalaman pertama saya," ungkap Ridho.
Melalui metode Studio Jalanan, Yadi berharap jarak antara musisi dan masyarakat tidak lagi eksklusif. Bila ini dilakukan secara berkelanjutan, apresiasi masyarakat terhadap musik dan tentunya musisi menjadi lebih luas.
Dengan begitu, penciptaan musik di Singkawang tak hanya soal bagaimana memainkan alat dan komposisi, tapi juga soal keterlibatan warga.
Tidak hanya Ridho Anugerah yang terlibat, Yadi juga melibatkan Fadli Hasan, kolektif musisi Singkawang yang tergabung dalam Tukar Getar, After September, dan Sembala. Seluruh kegiatan itu telah dipamerkan di Pameran Projek Seni dalam rangkaian Singkawang Expo 2019 pada 21-25 Agustus 2019, di pintu utama Stadion Kridasana, Singkawang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Eksplorasi Bunyi Seniman Muda Singkawang, dari Warung Kopi hingga Jalanan Ramai"
Post a Comment