:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2517215/original/054432700_1544119087-KPT_1.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi, termasuk di wilayah Indonesia bagian timur yang terdiri dari 12 provinsi. Sepanjang 2017, Komnas Perempuan mencatat ada 2796 kasus yang dilaporkan.
Bersama dua lembaga lainnya yang juga fokus pada upaya penegakkan HAM yaitu Forum Pengada Layanan (FPL) dan Yayasan BaKTI, Komnas Perempuan mendapati catatan lain sebaran kasus kekerasan seksual di wilayah Indonesia Timur. Untuk kasus perkawinan dini di wilayah tersebut, Makassar disebut menempati peringkat tertinggi.
Lalu masalah perdagangan manusia banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), meski sudah ada moratorium pengiriman tenaga kerja baik di pemerintahan kabupaten maupun provinsi.
Meningkatnya catatan laporan kekerasan terhadap perempuan itu yang kemudian menginisiasi ketiga lembaga tersebut menggelar Konferensi Perempuan Timur (KPT) 2018.
Acara ini sudah digelar dua kali tapi dengan nama Konferensi Perempuan Timor.Ketua Panitia Bersama KPT 2018, Maria Filiana Tahu, mengatakan setelah digelarnya pertemuan pertama dan kedua antara pemerintah dan masyarakat serta sesama FPL ada tanggapan positif. KPT 2018 akan digelar pada 10 dan 11 Desember mendatang di Kupang, NTT.
"Kita sepakat untuk tahun 2018, ruangnya itu bukan Timor lagi, tetapi Indonesia Timur. yang melibatkan para sahabat perempuan yang punya kepedulian yang sama di 12 provinsi di wilayah Indonesia Timur, yang bekerja untuk pemenuhan hak korban kekerasan," ucap perempuan yang akrab disapa Fili ini pada Liputan6.com di kawasan Jakarta Pusat, Kamis, 6 Desember 2018.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Maraknya Kasus Kekerasan Akan Dibahas di Konferensi Perempuan Timur 2018"
Post a Comment