Search

Cerita Kepanikan Warga Usai Tsunami Melanda Selat Sunda

Liputan6.com, Jakarta – Peristiwa tsunami Selat Sunda, Banten, yang terjadi pada Sabtu, 21 November 2018 lalu menjadi kenangan tersendiri bagi Leli Ummi, warga Kampung 5, Desa Gombong, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten.

"Ratusan orang berbondong-bondong mendengar kabar akan ada tsunami. Mereka semua panik dengar kabar itu. Mereka ramai-ramai menuju Munjul karena tempatnya lebih tinggi," kata Leli Murniawati saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (25/12/2018) siang.

Saat tsunami terjadi, perempuan yang juga Ketua Komunitas Sedekah Seribu Sehari (S3) Pandeglang itu sedang berada di rumah bersama anaknya. Melihat banyak orang melintas, ia pun ikut panik.

"Ada tsunami," kata Leli menirukan ucapan para penduduk.

Mendengar dan melihat banyak penduduk yang mengungsi, Leli Ummi pun ikut panik. Ia menyaksikan warga ramai sekali menuju Munjul yang berjarak antara 7 hingga 9 kilometer dari lokasi tsunami.

"Warga panik dengan kabar itu. Saya juga ikut panik dan ngungsi. Jalan dekat rumah saya yang awalnya sepi, saat itu ramai, meski belum diaspal. Mobil-mobil pun ramai menuju dataran yang lebih tinggi," ucapnya.

Lelaki dan perempuan serta anak-anak bergegas ke sana. Ada juga perempuan yang sedang hamil, bahkan ada yang mengalami pendarahan karena jalan terburu-buru. Mereka tak ingin ambil risiko karena tsunami tersebut.

"Adik saya yang sedang hamil mengalami pendarahan karena harus menyelamatkan diri," kata Leli Ummi.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cerita Kepanikan Warga Usai Tsunami Melanda Selat Sunda"

Post a Comment

Powered by Blogger.