Berbeda dengan Chiki Fawzi yang bergelut sebagai sukarelawan di bidang pendidikan dan volunteer bencana seperti Agustinus Wibowo, Laila Yasmin, seorang mahasiswa salah satu universitas swasta di Tangerang, Banten, telah mengantongi pengalaman jadi volunteer Asian Games 2018.
Ia mengaku, awalnya hanya iseng mengajukan diri. "Tapi, di balik keisengan saya, saya punya ambisi dan akhirnya saya sadar, 'Wah ini event jarang bgt ada di Indonesia. Gue harus dapat. Gue harus dukung dengan cara ini. Bikin sukses dibalik layar'. Itu yang saya pikir," cerita Yasmin pada Liputan6.com lewat pesan singkat.
Niat itu kemudian membawanya pada ragam pengalaman baru. "Selain ketemu banyak teman baru yang sesama volunteer, saya juga dapat teman baru dari luar negeri. Terus saya juga bisa melatih skill berbahasa inggris saya. Saya bisa mengenal sedikit budaya dari sekian puluh negara yang ada," tuturnya.
Pengalaman selama menjadi volunter Asian Games 2018, mulai dari bisa langsung mengenal atlet, sampai kena omel banyak pihak, Yasmin malah ketagihan untuk kembali jadi sukarelawan sejumlah event olahraga.
"Kebetulan setelah main event Asian Games 2018, saya langsung daftar untuk main event Asian Para Games 2018. Jadi, menurut saya sekalian saja diterusin untuk ngisi libur kuliah. Rencana ke depan, saya sudah mulai berani untuk jadi volunteer di acara pesta olahraga," kata gadis 20 tahun tersebut.
"Kemarin saya coba daftar sebagai volunteer Qatar World Cup 2022 karena di tahun segitu, saya pikir cukup waktunya untuk nyiapin semua-muanya. Kalau lolos ya Alhamdulillah, kalau belum bisa lolos ya nggak apa-apa," jelasnya.
"Saat ini saya lagi nunggu open regist untuk Sea Games 2019 di Filipine dan mungkin saya juga berminat daftar untuk acara PON 2020 di Papua. Apapun itu, mungkin ke depannya kalau pengaruhnya positif akan saya coba," tambah perempuan yang pernah berlaga di PON 2016 sebagai atlet cricket tersebut.
Berbagai kesempatan yang dicoba, dituturkan Laila Yasmin, sengaja diambil agar tak ada penyesalan di kemudian hari. "Teman-teman yang di luar sana dan pengin banget jadi volunteer tapi masih minder dengan alasan takut tugas kuliah keteteran atau nggak lancar bahasa inggris, tenang saja pengalaman volunteering itu banyak," katanya.
"Kalian bisa cari event di hari-hari libur atau kalau memang kepengin banget, jalanin 2-2nya kalau sanggup. Tapi, kalau nggak sanggup ya tetap ya pendidikan nomor 1. Buat yg minder karena kendala bahasa asing, tenang saja. Justru dengan jadi volunteer, skill kalian makin terasah," sambungnya.
"Kalau benar-benar kendala bahasa, contoh seperti lawan bicara kita hanya bisa bahasa ibunya, zaman sekarang kan teknologinya sudah canggih, jadi bisalah kita translate sama lawan bicara kita. Karena jujur waktu Asian Games 2018 kemarin saya juga gitu," tambahnya.
"Ketemu sama atlet Uzbekistan yang nggak bisa Bahasa Inggris dan mereka mau beli oleh-oleh. Jadi, kita harus improve dan berpikir cepat buat gunain translator. Pokoknya, kalau ada kesempatan di depan mata, diambil saja. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Jadi volunteer itu pengalamannya banyak bgt!" tandasnya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Inspirasi di Balik Suka-Duka Menjadi Sukarelawan"
Post a Comment